Dapatkah orang-orang seperti ini, orang atheis, orang yang homo dan lesbian serta para playboy yang kesemuanya non-Kristen bisa menjadi seorang Kristen? Jawaban seorang percaya pasti akan berkata,"Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan." Namun hal ini diangkat dalam sebuah reality show di Inggris pada bulan Agustus ini, berhasilkan hal tersebut dilakukan?
"Make Me a Christian" adalah sebuah reality show perjalanan rohani dari 13 orang non-Kristen yang didalamnya ada seorang penyihir, orang Kristen yang beralih ke Islam, pasangan kumpul kebo yang sedang mengandung anak, dan sebuah keluarga yang beranggotakan enam orang. Mereka semua menjadi sukarelawan untuk acara ini, dengan meninggalkan kehidupan normalnya dan menjadi keseharian kehidupan seorang Kristen. Dalam program ini, termasuk didalamnya ada kelas pelajaran Alkitab dan akan dimentoring oleh tim oikumene dari beberapa pemimpin gereja.
Rev.George Hargreaves, pemimpin dari partai Kristen, dan timnya yang menjadi mentor dalam acara ini berpikir bahwa Inggris memerlukan acara ini, karena bangsa tersebut sedang mengalami degradasi moral. Acara ini bertujuan untuk menunjukkan arti menjadi seorang Kristiani. Acara ini ditayangkan oleh Chanel Four mulai 10 Agustus lalu.
Mentor yang lainnya berasal dari Church of England Curate, yaitu Rev. Joanna Jepson, dari Katolik, Fr.John Flynn dan dari Kensington Temple Pendeta Wale Babatunde.
Seri reality show ini mendokumentasikan perubahan cara pandang dari masing-masing partisipan tentang ke Kristenan dan perubahan hidup berdasarkan pengajaran Alkitab yang sudah mereka terima. Pada akhir serial ini, beberapa partisipan bahkan memutuskan untuk komitmen mencari tahu lebih lagi tentang keKristenan.
"Para penonton akan diajak mengalami perjalanan pribadi para partisipan. Saya percaya bahwa pandangan umum tentang inisiatif penginjilan akan mengalami perubahan dengan diluncurkan serial ini," demikian komentar Hargreaves.
Degradasi moral dan pemahaman tentang Kekristenan, terutama tentang Kristus mungkin bukan hanya dialami oleh Inggris, namun juga diberbagai negara yang dulu dikenal sebagai pengirim utusan Injil, seperti Amerika, eropa dan Jerman. Itu sebabnya pemberitaan Injil tidak boleh berhenti, karena banyak orang yang belum mengenal Kristus dan belum diselamatkan. Ini saatnya orang percaya untuk memberitakan Injil dengan berbagai cara kreatif, salah satunya seperti reality show ini. Panggilan untuk melaksanakan Amanat Agung, adalah milik setiap orang percaya. Itu adalah sebuah perintah, bukan pilihan.
Seperti Rasul Paulus menasehati anak rohaninya Timotius, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitakan Injil keselamatan pada setiap orang. Injil adalah sebuah kebutuhan yang mendesak dari dunia ini, dan ini adalah tugas utama orang percaya saat menjadi duta besar kerajaan Allah di bumi ini. Namun sebelum Anda memberitakan tentang kasih karunia didalam Kristus Yesus, alamilah Dia terlebih dahulu.
Sumber : Christian Post/VM